warta.bungabangsa.com, 26 Juli 2024 Pelatihan Orientasi dan Mobilitas (OM) merupakan inisiatif penting yang dirancang untuk pendamping awas atau tenaga keamanan dalam mendukung individu dengan disabilitas, terutama tunanetra. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan bahwa mereka dapat bergerak dengan aman dan mandiri di kampus Universitas Negeri Surabaya. Dalam konteks pendidikan inklusif, pelatihan OM menjadi krusial dalam memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua warga kampus, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan.
Orientasi melibatkan proses memahami lokasi seseorang dan arah yang perlu diambil, sementara mobilitas adalah kemampuan fisik untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bagi individu dengan disabilitas visual, kedua aspek ini sangat menantang tanpa adanya dukungan yang tepat. Di sinilah peran pendamping awas menjadi vital. Dengan dilatihnya tenaga keamanan dalam teknik OM, mereka tidak hanya mampu membantu mahasiswa tunanetra dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga meningkatkan keselamatan dan kenyamanan mereka dalam menjalani kehidupan kampus.
Sub Direktorat Disabilitas di Universitas Negeri Surabaya memegang peran utama dalam menyelenggarakan pelatihan ini. Sebagai bagian dari komitmen universitas untuk mempromosikan inklusivitas dan aksesibilitas, Sub Direktorat Disabilitas menyediakan program pelatihan khusus yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan tenaga keamanan dalam mendampingi dan mendukung mahasiswa dengan disabilitas. Inisiatif ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan pendamping awas, tetapi juga menunjukkan tanggung jawab universitas dalam memastikan bahwa semua mahasiswanya mendapatkan pengalaman pendidikan yang setara dan berdaya guna.
Dengan berlangsungnya pelatihan OM, diharapkan Universitas Negeri Surabaya akan terus menjadi pelopor dalam pendidikan tinggi yang inklusif di Indonesia, menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi setiap individu tanpa kecuali.
Metode dan Materi Pelatihan
Pelatihan orientasi dan mobilitas yang diselenggarakan oleh Sub Direktorat Disabilitas Universitas Negeri Surabaya bertujuan untuk membekali tenaga keamanan dengan teknik-teknik yang diperlukan untuk mendampingi individu tunanetra. Dalam pelatihan ini, metode pengajaran yang diterapkan mencakup sesi teoretis dan praktis untuk menghadirkan pemahaman menyeluruh mengenai kebutuhan serta cara terbaik dalam mendampingi penyandang disabilitas.
Salah satu teknik khusus yang diajarkan adalah teknik pegangan siku, di mana tenaga keamanan belajar cara memandu tunanetra dengan efektif melalui kontak fisik yang tepat dan komunikasi yang baik. Teknik ini melibatkan penggunaan lengan tenaga keamanan sebagai pegangan bagi tunanetra, sehingga memastikan keselamatan dan kenyamanan dalam bergerak. Selain itu, peserta pelatihan juga mempelajari berbagai teknik pendampingan lainnya yang disesuaikan dengan situasi khusus, seperti saat mendampingi naik tangga, memasuki kendaraan, atau menavigasi ruangan yang ramai.
Materi teoretis yang ditawarkan selama pelatihan mencakup pemahaman mengenai berbagai jenis disabilitas, etika dalam mendampingi penyandang disabilitas, serta prinsip-prinsip dasar orientasi dan mobilitas. Pemahaman ini penting untuk memastikan tenaga keamanan memiliki sensibilitas dan pengetahuan yang diperlukan dalam setiap situasi yang mungkin mereka hadapi.
Selain itu, peserta pelatihan juga diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan alat bantu yang umum digunakan oleh tunanetra, seperti tongkat putih, peta taktil, dan perangkat teknologi lainnya. Penggunaan tongkat putih, misalnya, diajarkan secara mendalam untuk memahami cara mengidentifikasi dan merespons situasi lingkungan secara yang aman. Peta taktil digunakan untuk memastikan tunanetra dapat mengenali dan memahami ruang secara spasial, sementara perangkat teknologi, seperti aplikasi navigasi khusus, diperkenalkan untuk memudahkan mobilitas dan orientasi di era digital.
Manfaat Pelatihan bagi Tenaga Keamanan dan Mahasiswa Disabilitas
Pelatihan orientasi dan mobilitas untuk tenaga keamanan yang diselenggarakan oleh Sub Direktorat Disabilitas Universitas Negeri Surabaya menawarkan berbagai manfaat strategis, baik bagi tenaga keamanan maupun mahasiswa disabilitas. Peningkatan kompetensi tenaga keamanan ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan kampus yang lebih ramah dan inklusif bagi semua mahasiswa.
Tenaga keamanan yang dilatih memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan khusus mahasiswa disabilitas. Mereka akan lebih terampil dan percaya diri dalam memberikan dukungan yang diperlukan, mulai dari bantuan navigasi hingga situasi darurat. Pelatihan ini juga menekankan pentingnya kesadaran terhadap hak-hak dan privasi mahasiswa disabilitas, sehingga interaksi yang terjadi tidak hanya akurat secara fisik tetapi juga sensitif secara emosional dan sosial.
Bagi mahasiswa disabilitas, manfaat yang diperoleh dari adanya tenaga keamanan yang terlatih sangat signifikan. Kehadiran personel yang memahami dan responsif terhadap berbagai kebutuhan khusus mereka meningkatkan rasa aman dan kenyamanan. Ini berdampak langsung pada kesejahteraan psikologis mahasiswa, yang kemudian memperkuat semangat kemandirian mereka. Mahasiswa disabilitas menjadi lebih berani untuk berpartisipasi dalam kegiatan kampus tanpa merasa terhambat oleh kondisi fisik mereka.
Lebih dari itu, pelatihan ini juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan suportif. Dengan tenaga keamanan yang kompeten dalam menangani kebutuhan khusus, kampus dapat menjadi tempat di mana seluruh mahasiswa merasa diterima dan didukung, tanpa memandang keterbatasan fisik atau kondisi kesehatan mereka. Hal ini tidak hanya mempromosikan inklusi sosial tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan, karena mahasiswa disabilitas dapat mengejar pendidikan mereka dengan lebih fokus dan tanpa hambatan yang signifikan.
Testimoni dan Feedback Peserta
Pelatihan Orientasi dan Mobilitas Teknik Pendamping Awas yang diselenggarakan oleh Sub Direktorat Disabilitas Universitas Negeri Surabaya telah menerima banyak tanggapan positif dari para peserta. Baik tenaga keamanan maupun mahasiswa disabilitas yang ikut serta dalam pelatihan ini memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka yang penuh makna.
Feedback dari para peserta ini menjadi masukan yang sangat berarti bagi Sub Direktorat Disabilitas Universitas Negeri Surabaya. Rencana pengembangan pelatihan selanjutnya akan mempertimbangkan masukan tersebut, termasuk peningkatan simulasi situasi nyata dan interaksi antara peserta pelatihan. Dengan demikian, program pelatihan ini diharapkan dapat terus memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap kenyamanan dan keamanan mahasiswa disabilitas di kampus.